Asam Salisilat

    Asam salisilat merupakan sebuah zat aktif yang kerap dipakai untuk mengobati masalah kulit yang beraneka ragam. Dosis yang lebih tinggi dari zat ini efektif dalam mengeliminasi kutil dan kapalan. Sedangkan dalam konsentrasi yang lebih rendah, asam salisilat diaplikasikan dalam perawatan dermatitis seboroik, psoriasis, ketombe, dan jerawat.

    Golongan obat: Keratolitik Merek dagang: Afi Salep, Callusol, Cloveril, Kalpanax Salep, Kutilos, Rodeca Lotion, Salep 2-4, Salep Kulit Cap Kaki Tiga, Salep Kulit Kuning Kembang Bulan

    Apa itu Asam Salisilat?

    Asam salisilat bekerja dengan menghilangkan lapisan terluar dari epidermis, sekaligus menipiskan kulit yang tebal akibat kapalan atau kutil, yang pada akhirnya dapat memudar dan lenyap seiring waktu.

    Pada dosis yang lebih kecil, zat ini membuang lapisan sisik dan sel-sel kulit yang sudah mati, serta membantu mengurangi inflamasi. Dengan demikian, asam salisilat berperan penting dalam terapi dermatitis seboroik, psoriasis, serta jerawat.

    Mengingat pentingnya berkonsultasi dengan dokter untuk penggunaan yang tepat, sejumlah produk dengan kandungan asam salisilat tersedia bebas di pasaran namun tetap direkomendasikan untuk mendapatkan nasihat medis yang sesuai dengan kondisi dermal pribadi.

    Dosis Asam Salisilat

    Dosis yang disarankan untuk asam salisilat bagi dewasa dan anak di atas usia dua tahun bervariasi tergantung pada kondisi yang ditangani serta bentuk sediaan obat. Misalnya, dalam bentuk cairan untuk pengobatan luar, konsentrasi 5-27% asam salisilat diterapkan satu hingga dua kali sehari pada area kutil dan kapalan. Sedangkan untuk jerawat, cairan dengan konsentrasi 0,5-2% boleh diaplikasikan satu hingga tiga kali setiap hari.

    Dalam bentuk salep dan gel yang mengandung asam salisilat 0,5-6% disarankan untuk digunakan sekali dalam sehari untuk jerawat atau sesuai anjuran dokter. Pada kasus psoriasis dan dermatitis seboroik, salep 3-10% diperkenankan untuk dipakai sesuai kebutuhan. Losion dengan kandungan 1-2% asam salisilat dipergunakan satu hingga tiga kali dalam sehari untuk jerawat dan dermatitis seboroik ataupun ketombe.

    Aturan Pakai Asam Salisilat

    Ikuti petunjuk yang disarankan oleh dokter serta baca informasi pada label kemasan obat dengan teliti. Dosis tidak boleh diubah tanpa persetujuan medis. Beberapa langkah penting dalam penggunaan asam salisilat termasuk mengoleskannya hanya pada area kulit yang terdampak masalah dan jangan dikenakan pada kulit sehat. Mencuci tangan sebelum dan setelah pemakaian obat sangat direkomendasikan.

    Zat ini diaplikasikan ke area kulit sesuai masalah yang diangani setelah dibersihkan. Umpamanya, untuk kutil dan kapalan, bagian kulit tersebut perlu direndam menggunakan air hangat sebelum dioleskan obat. Untuk kasus dermatitis seboroik, psoriasis, atau jerawat, asam salisilat diaplikasikan setelah kulit dibersihkan dan dikeringkan, serta sebaiknya gunakan perlindungan dari sinar matahari setelah memakainya.

    Efek Samping Asam Salisilat

    Efek samping yang mungkin muncul setelah pemakaian asam salisilat termasuk:

    • Kemerahan pada kulit
    • Sensasi panas atau terbakar pada area pengobatan
    • Pengelupasan kulit
    • Iritasi
    • Ruam
    • Kulit menjadi kering

    Bila efek samping ini bertahan atau semakin buruk, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter. Segera cari pertolongan medis jika anda mengalami tanda-tanda reaksi alergi setelah menggunakan obat ini.

    Peringatan dan Perhatian saat Pakai Asam Salisilat

    Perhatikan beberapa poin berikut ini sebelum menggunakan asam salisilat:

    • Laporkan segala riwayat alergi yang dimiliki kepada dokter. Harus dihindari oleh mereka yang alergi terhadap asam salisilat atau NSAID lain seperti aspirin.
    • Tidak boleh diterapkan pada kutil kelamin, wajah, tahi lalat, atau tanda lahir.
    • Diskusikan dengan dokter tentang penggunaan produk ini untuk kutil atau kapalan jika mengalami diabetes, penyakit hati atau ginjal, atau penyakit arteri perifer.
    • Hindari kontak dengan mata, wajah, atau luka terbuka.
    • Asam salisilat sebaiknya tidak diberikan pada anak-anak yang mengalami flu atau cacar air.
    • Komunikasikan dengan dokter tentang semua obat yang sedang dikonsumsi untuk mencegah interaksi yang tidak diinginkan.
    • Beritahukan apabila sedang hamil, menyusui, atau merencanakan kehamilan.
    • Segera cari bantuan medis jika mengalami reaksi alergi atau efek samping yang serius.

    Efek Asam Salisilat untuk Ibu Hamil dan Menyusui

    Berdasarkan studi pada hewan percobaan, asam salisilat masuk dalam Kategori C saat dikaitkan dengan kehamilan, artinya ada efek samping yang terlihat pada janin, meski belum ada bukti pada manusia. Hanya boleh digunakan jika manfaatnya melebihi potensi risiko pada janin.

    Asam salisilat yang digunakan secara topikal pada umumnya dianggap aman bagi ibu menyusui, asalkan tidak diterapkan dekat area payudara.

    Interaksi Asam Salisilat dengan Obat Lain

    Asam salisilat memiliki kemungkinan untuk berinteraksi dengan berbagai jenis obat, meningkatkan risiko efek samping seperti:

    • Obat kortikosteroid, OAINS lain, dan antidepresan SSRI yang dapat meningkatkan risiko perdarahan.
    • Methotrexate yang berpotensi membahayakan darah.
    • Obat pengencer darah seperti heparin, warfarin, atau clopidogrel.
    • Acetazolamide yang mempengaruhi asidosis dan berisiko menyebabkan kerusakan saraf.
    • Obat antidiabetes yang dapat mengakibatkan hipoglikemia.
    • Phenytoin, lithium, digoxin, atau asam valproat yang berpotensi memengaruhi penyerapan dan efek.
    • Probenecid, obat diuretik, ACE Inhibitor, dan penghambat beta yang dapat mengurangi efektivitas asam salisilat.
    • Obat antasida yang dapat menurunkan efektivitas asam salisilat.
    • Ciclosporin atau tacrolimus yang berisiko meningkatkan potensi kerusakan ginjal.
    • Vaksin varicella, sulfonamida, dan vancomycin yang dapat meningkatkan risiko efek samping.

    Pastikan untuk memberitahu dokter tentang daftar obat yang sedang Anda gunakan untuk mencegah potensi interaksi yang berbahaya.

    Mau konsultasi seputar obat dan kesehatan?

    Tanya Apoteker
    Catatan
    FAVO Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
    Kembali ke blog

    Produk Rekomendasi

    Tutup

    Ditinjau secara medis oleh apt. Diana Fatria, S. Farm

    Artikel terkait