Chloramphenicol

    Mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri dapat dilakukan dengan obat tertentu yang diresepkan oleh dokter. Salah satu obat yang digunakan adalah Chloramphenicol.

    Golongan obat: Antibiotik Merek dagang: Bufacetine, Colsancetine, Chlorexol, Chloramphenicol, Denicol, Erbacetine, Hufamycetin, Kalmicetine, Microtina, Novachlor

    Apa itu Chloramphenicol?

    Chloramphenicol merupakan jenis antibiotik yang bekerja efektif melawan pertumbuhan bakteri demi membantu sistem imun dalam mengeliminasi infeksi. Obat ini digunakan untuk membantu mengatasi berbagai kondisi infeksi seperti meningitis, demam tifoid, gastroenteritis, listeriosis, demam tifus, radang panggul, abses, dan gas gangrene. Chloramphenicol tersedia dalam bentuk oral, injeksi, topikal untuk kulit, tetes mata atau salep mata, dan tetes telinga. Perlu diperhatikan bahwa obat ini tidak efektif untuk infeksi virus seperti pilek atau flu.

    Dosis Chloramphenicol

    Dokter akan menyesuaikan dosis yang tepat berdasarkan kondisi medis, usia, dan berat badan pasien. Secara umum, dosis yang disarankan adalah:

    • Dewasa: Biasanya 12,5 mg per kg berat badan, minum 4 kali sehari. Untuk kasus yang lebih serius seperti meningitis, dosisnya bisa ditingkatkan menjadi 25 mg per kg berat badan, konsumsi 4 kali sehari.
    • Bayi 0—2 minggu: Dosisnya adalah 6,25 mg per kg berat badan, diminum 4 kali sehari.
    • Bayi di atas 2 minggu: Dianjurkan untuk minum 12,5 mg, 4 kali sehari atau 25 mg, 2 kali sehari.

    Dosis chloramphenicol perlu dilanjutkan selama beberapa hari pasca pasien bebas dari demam, dengan durasi tambahan 2-4 hari untuk typus dan 8-10 hari untuk demam tifoid.

    Aturan Pakai Chloramphenicol

    Obat ini harus digunakan sesuai petunjuk dokter. Chloramphenicol suntik hanya diperbolehkan diberikan oleh profesional kesehatan. Konsumsi kapsul atau suspensi pada waktu yang sama setiap hari untuk hasil yang optimal, idealnya saat perut kosong, 1 jam sebelum makan atau 2 jam setelahnya. Kapsul harus ditelan dengan air putih, sedangkan suspensi dikocok dahulu sebelum diminum. Jika lupa mengonsumsi chloramphenicol, segera minum begitu teringat kecuali waktunya sudah dekat dengan dosis berikutnya. Penggunaan obat ini tidak boleh dihentikan sebelum masa pengobatan yang ditentukan selesai untuk mencegah resistensi antibiotik.

    Efek Samping Chloramphenicol

    Penggunaan chloramphenicol dapat mengakibatkan efek samping seperti:

    • Mual dan muntah
    • Diare
    • Sakit kepala
    • Ruam kulit
    • Sariawan
    • Demam
    • Kondisi linglung atau delirium

    Efek samping yang lebih serius perlu segera dibawa ke perhatian dokter, termasuk alergi obat, lemas, sesak napas, mudah mendapatkan memar, mimisan, diare parah, neuropati perifer, dan neuritis optik.

    Peringatan dan Perhatian saat Pakai Chloramphenicol

    Chloramphenicol memerlukan pertimbangan sebelum penggunaan, termasuk:

    • Alergi terhadap obat
    • Riwayat atau kondisi darah dan sumsum tulang yang tidak normal
    • Diabetes
    • Gangguan fungsi liver atau ginjal
    • Penggunaan bersamaan dengan vaksin bakteri hidup
    • Interaksi dengan obat lain, suplemen, atau produk herbal
    • Penggunaan selama masa kehamilan, menyusui, atau merencanakan kehamilan
    • Pemeriksaan medis yang melibatkan chloramphenicol seperti tes gula urine

    Bicarakan dengan dokter terkait segala kondisi di atas sebelum memulai pengobatan.

    Efek Chloramphenicol untuk Ibu Hamil dan Menyusui

    Chloramphenicol masuk ke dalam kategori C untuk penggunaan selama kehamilan, yang artinya keamanannya belum terbukti sepenuhnya. Risiko efek samping grey baby syndrome pada bayi dapat terjadi jika digunakan pada trimester ketiga. Sementara itu, chloramphenicol juga dapat terdeteksi dalam ASI sehingga penggunaannya oleh ibu menyusui harus atas petunjuk dokter.

    Interaksi Chloramphenicol dengan Obat Lain

    Chloramphenicol memiliki potensi interaksi dengan beberapa obat, antara lain:

    • Obat yang memengaruhi sumsum tulang, seperti antibiotik sulfonamida
    • Obat antikoagulan seperti warfarin
    • Obat diabetes tertentu yang dapat meningkatkan risiko hipoglikemia
    • Rifampicin dan phenobarbital yang bisa mengurangi efektivitas chloramphenicol
    • Zat besi dan vitamin B12 dalam pengobatan anemia
    • Pil KB yang mengandung estrogen jika digunakan jangka panjang
    • Phenytoin, ciclosporin, dan tacrolimus
    • Vaksin bakteri hidup, seperti vaksin tifoid

    Pastikan untuk memberi tahu dokter tentang semua obat yang sedang dikonsumsi untuk menghindari interaksi berbahaya.

    Mau konsultasi seputar obat dan kesehatan?

    Tanya Apoteker
    Catatan
    FAVO Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
    Kembali ke blog

    Produk Rekomendasi

    Tutup

    -

    Artikel terkait