Ketokonazol (Ketoconazole)

    Ketokonazol, atau yang dikenal dengan ketoconazole, merupakan obat yang diindikasikan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh jamur. Obat ini efektif dalam merawat kondisi-kondisi seperti kurap, infeksi jamur di daerah selangkangan, ketombe, kutu air, panu, hingga ruam yang dipicu oleh bakteri jamur.

    Golongan obat: Antijamur Merek dagang: Dysfungal SS, Fungoral, Dysfungal, Dermaral, Solinfec, Ufinazol

    Apa itu ketokonazol?

    Ketokonazol yang terdistribusi di pasar Indonesia hadir dalam berbagai bentuk termasuk topikal seperti krim atau salep, sampo, serta dalam tablet untuk dikonsumsi. Fungsi utamanya adalah untuk menangani jamur pada berbagai bagian tubuh dan juga mendukung terapi sindrom Cushing -- gangguan hormonal yang ditandai dengan adanya kadar kortisol yang berlebih pada individu berumur 12 tahun ke atas. Berdasarkan informasi dari PubChem, ketoconazole beraksi dengan menghalangi sintesis ergosterol pada dinding sel jamur, menghentikan reproduksi sel tersebut. Walaupun terdapat beberapa produk yang bisa didapatkan tanpa resep dokter, ada juga yang memerlukan peresepan, khususnya tablet dan sejumlah krim tertentu.

    Dosis dan sediaan ketokonazol

    Terdapat beberapa produk ketokonazol yang tersedia di Indonesia seperti tablet 200 mg, krim dengan konsentrasi 2%, dan sediaan cair untuk penggunaan di kulit kepala berkonsetrasi juga 2%. Dosis yang direkomendasikan bervariasi tergantung jenis dan keparahan penyakit.

    Untuk krim topikal guna terapi panu, kutu air, infeksi jamur di area selangkangan, serta kurap untuk pasien dewasa: oleskan 1–2 kali sehari di pagi dan malam hari, dan teruskan beberapa hari usai gejala mereda untuk mencegah timbulnya kembali. Durasi pengobatan biasanya 2-4 minggu untuk jamur di selangkangan, 2-3 minggu untuk panu, serta 3-4 minggu untuk kurap. Sementara kutu air memerlukan waktu penyembuhan 4-6 minggu.

    Dalam kasus krim untuk infeksi kulit yang disebabkan jamur kandida pada dewasa, aplikasikan krim 1–2 kali setiap hari dan lanjutkan hingga beberapa hari pasca gejala menipis, dengan durasi hingga 4 minggu.

    Untuk kondisi ketombe yang berasal dari dermatitis seboroik dan infeksi jamur Pityriasis capitis, gunakan krim pada area terdampak 1-2 kali setiap hari selama 2-4 minggu, serta secara rutin seminggu sekali selanjutnya untuk mencegah kambuhnya ketombe. Terapi shampoo dilakukan dua kali per minggu dalam waktu yang sama.

    Tablet oral ketoconazole untuk sindrom Cushing diawali dengan dosis harian 400-600 mg, yang dapat ditingkatkan 200 mg tiap harinya selama 7-28 hari dengan takaran maksimal 1.200 mg per hari, terbagi dalam 2 atau 3 pemberian setiap harinya. Umumnya dokter hanya memberikan resep hingga maksimal 30 tablet.

    Aturan pakai ketokonazol

    Untuk aplikasi krim ketoconazole, pastikan area terinfeksi bersih dan kering sebelum mengoleskan. Krim dicukupkan di area bermasalah dan sekitarnya sambil dihindarkan dari kontak dengan oran lain usai pengolesan.

    Apabila menggunakan sampo, pastikan rambut dan kulit kepala basah, gosok hingga berbusa dan aplikasikan langsung pada area kulit kepala, biarkan selama 3-5 menit lalu bilas hingga bersih. Untuk antasida makannya dikonsumsi 1-2 jam setelah mengonsumsi ketokonazol.

    Efek samping ketokonazol

    Beberapa efek samping yang bisa timbul dari penggunaan ketokonazol bergantung pada sediaannya termasuk umum, tidak umum, serta jarang.

    Efek samping umum krim ketokonazol termasuk:

    • Gatal dan kemerahan pada lokasi aplikasi
    • Rasa terbakar
    • Ruam
    • Dermatitis di area yang diobati
    • Kulit terasa lengket
    • Sensasi seperti disengat
    • Kulit kering
    • Peradangan
    • Iritasi
    • Rasa tidak nyaman
    • Biduran beserta bercak merah

    Efek samping tidak umum dari penggunaan sampo menjadikan:

    • Infeksi pada akar rambut
    • Air mata berlebih
    • Rambut rontok
    • Kulit kepala kering dan ruam
    • Sensasi terbakar
    • Tekstur rambut berubah

    Efek samping yang jarang meliputi:

    • Rasa makanan berubah
    • Mata iritasi
    • Jerawat
    • Kulit mengelupas

    Tablet oral ketokonazol juga bisa menimbulkan:/n- Peningkatan enzim liver

    • Mual
    • Sakit perut
    • Muntah
    • Diare
    • Ruam
    • Gatal Adapun efek yang jarang muncul seperti sakit kepala, pusing, mengantuk, reaksi alergi yang serius, rambut rontok, lelah dan biduran dengan risiko yang meningkat bila konsumsi lebih dari satu bulan atau pada pasien usia di atas 60 tahun.

    Peringatan dan perhatian saat Pakai Ketokonazol

    Sejumlah peringatan penting saat menggunakan ketokonazol harus diperhatikan terutama bagi pengguna krim dan sampo, hindari bila memiliki alergi pada ketokonazol dan komposisi lainnya. Laporkan penggunaan kortikosteroid seperti hidrokortison yang digunakan bersamaan dengan ketokonazol dan bisa dihentikan setelah 2-3 minggu. Harap waspadai juga penggunaan ketokonazol oral, terutama jika Anda memiliki:

    • Alergi terhadap ketokonazol
    • Penyakit jantung atau riwayat irama jantung abnormal
    • Masalah ginjal dan kemih

    Efek Ketokonazol untuk Ibu Hamil dan Menyusui

    Ketokonazol topikal pada umumnya aman digunakan oleh ibu hamil maupun menyusui, tapi perlu dihindari aplikasi langsung pada area payudara saat menyusui. Sebaiknya konsultasikan lebih lanjut dengan dokter atau apoteker terkait penggunaan ini. Adapun konsumsi ketokonazol oral disarankan untuk dihindari bagi yang berencana hamil, sedang hamil, ataupun menyusui.

    Interaksi Ketokonazol dengan Obat Lain

    _ Ketoconazole_ berpotensi mengalami interaksi dengan sejumlah obat yang menghambat kinerja atau menimbulkan reaksi tertentu, termasuk:

    • Obat pengencer darah: Seperti rivaroxaban, apixaban dan obat lain dari kelompok coumarin.
    • Obat-obatan HIV: Yang mencakup maraviroc, nevirapine dan ritonavir.
    • Obat kanker: Meliputi vinca alkaloids, _ docetaxel_, dan sejumlah lainnya yang ada di kelas ini.
    • Obat untuk infeksi: Seperti rifampisin, clarithromycin, dan lain-lain.
    • Obat diabetes: Repaglinide dan kelas obat ini.
    • Obat masalah mental: Termasuk buspirone, haloperidol dan risperidone.
    • Obat penyakit jantung: Seperti verapamil dan digoksin.
    • Obat antikejang: Carbamazepine serta phenytoin.
    • Glukokortikoid dan obat antiperadangan: Dengan dexamethasone dan methylprednisolone.
    • Narkotika dan penghilang rasa sakit: Termasuk fentanyl dan buprenorphine.
    • Obat mual dan muntah: Domperidone serta aprepitant.
    • Obat gagal ginjal: Solifenacin dan fesoterodine.
    • Obat-obatan lainnya: Yang meliputi pasireotide, sildenafil, tacrolimus, dan colchicine.

    Adalah penting bagi pasien untuk menyimpan catatan obat yang dikonsumsi dan berkomunikasi dengan dokter terkait kemungkinan interaksi.

    Mau konsultasi seputar obat dan kesehatan?

    Tanya Apoteker
    Catatan
    FAVO Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
    Kembali ke blog

    Produk Rekomendasi

    Tutup

    Ditinjau secara medis oleh apt. Diana Fatria, S. Farm

    Artikel terkait