Klortalidon

    Klortalidon adalah agen yang kerap digunakan untuk menanggulangi tekanan darah tinggi, pembengkakan yang disebabkan oleh akumulasi cairan, dan diabetes insipidus. Penggunaannya hendaknya di bawah pengawasan dokter yang kompeten.

    Golongan obat: antihipertensi

    Merek dagang klortalidon:

    (Belum tersedia di Indonesia)

    Apa itu Klortalidon?

    Sebagai anggota dari keluarga thiazide diuretics, Klortalidon dipakai untuk mengobati hipertensi dan untuk mengurangi retensi cairan yang diakibatkan oleh penyakit jantung. Obat ini berfungsi dengan mempengaruhi ginjal untuk mengeliminasi kelebihan cairan dan garam melalui urin. Klortalidon dapat digunakan untuk:

    • Mengendalikan hipertensi.
    • Mencegah komplikasi akibat tekanan darah tinggi.
    • Mengobati insufisiensi jantung.
    • Meredakan edema yang berkaitan dengan penyakit ginjal atau hati.
    • Mengatasi diabetes insipidus, yang dicirikan oleh produksi urine yang berlebihan dan rasa haus yang intens.

    Dosis Klortalidon

    Klortalidon diambil secara oral dalam bentuk tablet. Dosifikasinya bervariasi tergantung pada diagnosis:

    Hipertensi

    • Dewasa: Mulai dengan 12,5 hingga 25 mg setiap hari, dapat dikombinasikan dengan obat antihipertensi lain atau sebagai monoterapi. Dosis bisa dinaikkan ke 50 mg per hari jika diperlukan.
    • Anak: Dosis sesuai berat badan. Mulai dengan 0,5 sampai 1 mg/kg setiap 48 jam, dengan batas maksimal 1,7 mg/kg.
    • Lansia: Mulai dengan 6,25 hingga 12,5 mg per hari, dengan batas maksimal 25 mg per hari.

    Diabetes Insipidus

    • Dewasa: Mulai dengan 100 mg dua kali sehari, dengan dosis perawatan 50 mg per hari.
    • Anak: Dosis sesuai berat badan. Mulai dengan 0,5 sampai 1 mg/kg setiap 48 jam, dengan batas maksimal 1,7 mg/kg.

    Edema termasuk gagal jantung

    • Dewasa: Mulai dengan 25 hingga 50 mg per hari, dapat dikombinasikan dengan digitalis, ACE inhibitor, atau keduanya. Dalam situasi berat, dosis bisa mencapai 100 hingga 200 mg. Dosis perawatan berkisar antara 25 hingga 50 mg per hari.
    • Anak: Dosis sesuai berat badan. Mulai dengan 0,5 sampai 1 mg/kg setiap 48 jam, dengan batas maksimal 1,7 mg/kg.

    Dosis di atas bersifat umum dan seharusnya dikonsultasikan dengan dokter untuk penyesuaian individual.

    Aturan Pakai Klortalidon

    Klortalidon sebaiknya dikonsumsi setelah makan pagi. Minumlah obat ini sebagaimana anjuran dokter tanpa merubah dosis dengan inisiatif pribadi. Ikuti petunjuk pada label obat dan beritahu dokter jika ada perubahan. Ingat, klortalidon dimaksudkan untuk mengontrol hipertensi, bukan menyembuhkannya. Pastikan minumnya rutin, bahkan bila kondisi telah membaik. Apabila terlewatkan dosis, jangan menggandakannya; tetap minum dengan jadwal yang tetap. Simpan klortalidon pada suhu ruangan, terlindung dari sinar matahari langsung atau kelembapan.

    Efek Samping Klortalidon

    Ada beberapa efek samping yang mungkin dirasakan setelah mengonsumsi klortalidon, antara lain:

    • Otot melemah.
    • Kram otot.
    • Rasa sangat haus.
    • Sakit perut.
    • Muntah.
    • Diare.
    • Kehilangan selera makan.
    • Sakit kepala.
    • Rambut rontok.

    Efek lebih serius yang harus diwaspadai termasuk sakit tenggorokan dengan demam, perdarahan atau lebam tidak normal, reaksi kulit yang parah, serta kesulitan bernapas atau menelan. Perhatikan gejala yang tidak biasa dan segera hubungi dokter.

    Peringatan dan Perhatian saat Pakai Klortalidon

    Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan ketika memulai terapi dengan klortalidon, yaitu:

    • Informasikan riwayat alergi terhadap obat yang mirip.
    • Daftar obat yang tengah dikonsumsi.
    • Kondisi medis seperti diabetes, gout, batu ginjal, masalah hati atau tiroid, dan gangguan paratiroid.
    • Kehamilan, rencana hamil, atau menyusui.
    • Rencana operasi apa pun, termasuk operasi gigi.
    • Rencana kegiatan yang akan terpapar sinar matahari.

    Berdiskusi dengan dokter sebelum mengonsumsi obat ini penting demi menilai apakah klortalidon sesuai dan aman.

    Efek Klortalidon untuk Ibu Hamil dan Menyusui

    Menurut data FDA, klortalidon digolongkan pada kategori B, yang berarti belum terdapat bukti risiko terhadap ibu hamil. Namun, penggunaan diuretik untuk hipertensi dan edema sebaiknya dihindari selama kehamilan karena meningkatkan potensi hipovolemia. Terdapat risiko yang pernah dilaporkan, termasuk masalah pada tulang sumsum janin, trombositopenia, dan jaundice pada janin atau bayi baru lahir. Klortalidon juga berkemungkinan masuk ke ASI, mempengaruhi kesehatan bayi. Konsultasikan dengan dokter untuk mencari alternatif yang sehat saat menyusui.

    Interaksi Klortalidon dengan Obat Lain

    Klortalidon bisa berinteraksi dengan obat lain yang perlu diketahui, termasuk:

    • Obat antihipertensi lain, seperti ACE inhibitor dan ARBs.
    • Obat diabetes.
    • Digoksin.
    • Litium.

    Pastikan untuk membahas penggunaan obat-obatan tersebut dengan dokter agar menghindari kemungkinan interaksi berbahaya. Daftar ini tidak lengkap, jadi penting untuk selalu berkonsultasi dengan dokter mengenai semua obat yang sedang digunakan.

    Mau konsultasi seputar obat dan kesehatan?

    Tanya Apoteker
    Catatan
    FAVO Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
    Kembali ke blog

    Produk Rekomendasi

    Tutup

    Ditinjau secara medis oleh apt. Diana Fatria, S. Farm

    Artikel terkait