Loratadin (Loratadine)

    Loratadin dikenal sebagai obat efektif untuk mengatasi berbagai jenis reaksi alergi, termasuk biduran, rinitis alergi, dan gejala pilek lainnya. Obat ini merupakan obat keras, sehingga pemberiannya harus berdasarkan resep dokter.

    Golongan obat: antihistamin, antialergi, dan untuk pengobatan anafilaksis Merek dagang: Imunex, Claritin, Safetin, Destavell, Alerhis, Aerius, Cronitin.

    Apa itu loratadin?

    Loratadin merupakan antihistamin yang bermanfaat dalam meredakan gejala alergi, termasuk bersin, hidung berair, gatal-gatal di tenggorokan, serta mata yang terasa pedih akibat rinitis alergi. Obat ini juga efektif mengurangi gejala kulit seperti gatal-gatal, bentol, dan kemerahan yang biasa terjadi pada penanganan urtikaria. Meski demikian, loratadine tidak ditujukan untuk menghambat reaksi alergi kulit yang lain. Loratadin bertugas memblokir produksi histamin, yaitu zat yang memicu terjadinya respons alergi. Berdasarkan informasi dari PubChem, loratadin tidak menimbulkan rasa kantuk, yang merupakan sifat yang biasa terdapat pada obat alergi kebanyakan.

    Dosis loratadin

    Di Indonesia, loratadin tersedia dalam bentuk tablet yang mengandung 10 mg loratadin setiap tabletnya. Satu strip berisi 10 tablet obat, dengan tiap kotak mengandung 10 strip.

    • Biduran pada orang dewasa dan anak di atas 12 tahun: Dosis harian 1 tablet hingga maksimal 5 hari.

    • Biduran kronis pada dewasa: Tak lebih dari 30 tablet sebulan.

    • Anak-anak berat badan di atas 30 kg: 10 mg atau satu tablet per hari.

    • Anak-anak berat badan di bawah 30 kg: 5 mg atau setengah tablet sehari.

    • Anak usia 2 hingga 5 tahun: 5 mg atau setengah tablet dalam sehari.

    • Anak usia di atas 6 tahun hingga dewasa: 10 mg atau satu tablet setiap hari. Dosis harian maksimum 10 mg.

    Aturan pakai obat ini

    Loratadin dapat dikonsumsi tanpa memandang waktu makan. Konsumsi obat dengan menaruhnya di lidah dan segera minum menggunakan air putih. Hindari mengunyah obat dan bagi menjadi dua jika merasa besaran tablet berlebihan. Apabila Anda melampaui dosis yang direkomendasikan, konsultasikan segera dengan dokter karena terdapat risiko kantuk berlebih, palpitasi, dan sakit kepala. Apabila Anda terlupa mengonsumsi dosis loratadin, segera minum saat ingat tanpa menggandakan dosis pada konsumsi berikutnya.

    Efek samping obat loratadine

    Meskipun efek samping loratadin tidak sering terjadi, kondisi serius yang bisa terjadi harus segera ditangani oleh dokter, meliputi:

    • Ruam kulit yang meningkat luas
    • Gatal-gatal
    • Bengkak pada area wajah, lidah, atau anggota tubuh lainnya
    • Kesulitan bernapas

    Efek samping umum pada dewasa dan anak-anak adalah:

    • Rasa mengantuk
    • Nyeri kepala
    • Meningkatnya nafsu makan
    • Insomnia

    Pada anak-anak antara usia 2 sampai 12 tahun, efek samping yang umum terjadi meliputi:

    • Sakit kepala
    • Rasa gelisah
    • Kelelahan

    Efek samping yang sangat jarang muncul adalah:

    • Kejang
    • Detak jantung tidak teratur
    • Mual
    • Gangguan pada lambung
    • Rambut rontok
    • Kerusakan fungsi hati
    • Penambahan berat badan

    Peringatan dan perhatian saat pakai obat ini

    Hindari penggunaan loratadin jika Anda alergi terhadap loratadin itu sendiri, desloratadin, atau bahan lain dalam komposisi obat. Tidak disarankan untuk anak di bawah umur 2 tahun. Beberapa kondisi yang harus diperhatikan sebelum menggunakan loratadin termasuk:

    • Gangguan serius pada hati
    • Masalah ginjal
    • Asma
    • Diabetes
    • Akan melakukan tes alergi kulit

    Penggunaan loratadin bisa mengganggu hasil tes alergi, jadi disarankan untuk tidak mengonsumsi obat ini selama 2 hari sebelum melakukan tes.

    Apakah obat loratadin aman untuk ibu hamil dan menyusui?

    Penelitian pada binatang menunjukkan bahwa loratadin tidak menyebabkan cacat lahir atau malformasi janin. Juga tidak ada bukti bahwa obat ini meningkatkan risiko kerusakan pada janin. Pada kondisi kehamilan, dokter bisa merekomendasikan obat ini jika manfaat yang didapat dianggap lebih besar daripada risiko yang mungkin ada. Loratadin tidak mengakibatkan rasa kantuk dan diyakini tidak menimbulkan dampak negatif pada bayi menyusui. Kendati demikian, terdapat peluang bahwa produksi ASI bisa berkurang setelah penggunaan loratadin 10 mg per hari dalam waktu kurang dari seminggu, terutama dalam 4 bulan pertama pascapersalinan.

    Interaksi obat loratadin dengan obat lain

    Penting untuk memberitahukan kepada dokter mengenai obat-obatan yang sedang dikonsumsi sebelum memulai pengobatan dengan loratadin, termasuk:

    • Ketokonazol
    • Eritromisin
    • Amiodaron
    • Simetidin

    Obat-obatan tersebut tercatat dapat meningkatkan kadar loratadin dalam darah dan potensi efek samping. Loratadin hendaknya digunakan sesuai dengan anjuran dokter guna mencegah kemungkinan interaksi obat yang tidak diinginkan.

    Mau konsultasi seputar obat dan kesehatan?

    Tanya Apoteker
    Catatan
    FAVO Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
    Kembali ke blog

    Produk Rekomendasi

    Tutup

    Ditinjau secara medis oleh apt. Diana Fatria, S. Farm

    Artikel terkait