Paracetamol

    Demam merupakan salah satu respons alami tubuh dalam melawan infeksi, yang seringkali disertai dengan gejala tidak nyaman seperti merasa dingin, menggigil, sakit kepala, dan penurunan selera makan. Umumnya, dokter mengrekomendasikan penggunaan paracetamol untuk meringankan kondisi ini.

    Golongan obat: analgesik non-opioid Merek dagang: Iprox, Panadol, Sanmol, Tempra, Sanaflu Forte

    Apa itu obat paracetamol?

    Paracetamol, yang juga dikenal sebagai acetaminophen, merupakan obat yang digunakan untuk merendahkan suhu tubuh yang tinggi dan meredakan kadar nyeri yang berkisar dari tingkat ringan hingga sedang. Paracetamol efektif menangani berbagai kondisi seperti demam, rasa sakit pada gigi, otot yang keseleo, serta gejala-gejala flu. Cara kerja paracetamol dalam sistem tubuh belum sepenuhnya dipahami, tetapi diduga obat ini menghambat zat-zat kimia di otak yang bertanggung jawab atas sensasi nyeri serta mengatur suhu tubuh. Efek terapeutik paracetamol biasanya mulai dirasakan satu jam pasca pemberian dan bertahan selama beberapa jam.

    Dosis obat paracetamol

    Paracetamol hadir dalam berbagai bentuk sediaan, termasuk tablet, kapsul, sirup, tablet larut, supositoria, dan injeksi untuk pemberian intravena yang umumnya dilakukan di rumah sakit. Dosis paracetamol disesuaikan berdasarkan usia, berat badan, dan keadaan klinis pasien. Menurut Drugs.com, dosis umum untuk mengatasi kondisi seperti demam dan nyeri beragam tergantung kategori umur:

    • Demam pada orang dewasa: konsumsi dua tablet 500 mg setiap 4-6 jam dengan batas maksimum 4000 mg per hari.
    • Anak-anak berusia 12 tahun ke atas: 325-650 mg setiap 4-6 jam, atau 1000 mg setiap 6-8 jam.
    • Anak-anak di bawah 12 tahun: sirup dengan kandungan 120-500 mg setiap 4-6 jam sampai maksimal 4 dosis per hari.
    • Bayi berusia 1-2 bulan: drop 30-60 mg setiap 8 jam.

    Bagi bentuk sediaan lain seperti infus dan supositoria, dosis akan diatur dan diberikan langsung oleh dokter. Konsultasi dengan tenaga profesional kesehatan penting sebelum memulai pengobatan.

    Aturan pakai obat paracetamol

    Mengonsumsi paracetamol sebaiknya dilakukan sesuai dosis yang direkomendasikan oleh dokter atau petunjuk yang tertera pada kemasan produk. Penyesuaian dosis tanpa arahan medis dapat berakibat pada overdosis yang berpotensi menimbulkan komplikasi serius. Paracetamol biasanya cukup ditelan dengan air dan direkomendasikan hanya untuk penggunaan dalam jangka pendek. Jika satu dosis terlewatkan, konsumsilah secepatnya kecuali jika sudah dekat waktunya untuk dosis berikutnya; dalam hal ini, abaikan dosis yang terlewat dan lanjutkan jadwal dosis reguler. Jangan menggandakan dosis pada pemberian selanjutnya untuk menghindari risiko overdosis. Segera konsultasikan dengan dokter jika gejala tidak mereda setelah tiga hari penggunaan atau jika muncul gejala baru.

    Efek samping obat paracetamol

    Paracetamol umumnya memiliki risiko efek samping yang rendah, namun bila terjadi, beberapa di antaranya meliputi:

    • Reaksi alergi, seperti ruam dan bengkak
    • Hipotensi atau tekanan darah yang rendah
    • Takikardia atau detak jantung yang lebih cepat
    • Kelainan pada sel darah, seperti penurunan jumlah leukosit atau trombosit
    • Kerusakan pada hati dan ginjal apabila mengonsumsi dosis tinggi

    Segera hentikan penggunaan dan hubungi dokter jika mengalami efek yang serius, seperti mual, sakit perut bagian atas, gatal, hilangnya nafsu makan, urine gelap, feses berwarna pucat, atau penguningan pada kulit dan mata. Untuk kekhawatiran efek samping terentu, segera konsultasi dengan dokter atau apoteker.

    Peringatan dan perhatian saat pakai obat paracetamol

    Paracetamol dikenal aman untuk dikonsumsi oleh berbagai kelompok orang, namun tetap ada catatan khusus untuk penggunaan obat ini, khususnya bagi:

    • Individu dengan riwayat alergi pada paracetamol atau obat lain
    • Pasien dengan gangguan fungsi hati atau ginjal
    • Orang yang memiliki kebiasaan mengonsumsi alkohol
    • Pasien yang sedang menjalani pengobatan epilepsi atau tuberkulosis
    • Pengguna obat pengencer darah

    Diskusi dengan dokter sangat disarankan sebelum memulai penggunaan paracetamol untuk mendapatkan alternatif atau penyesuaian dosis yang tepat.

    Efek obat paracetamol untuk ibu hamil dan menyusui

    Penggunaan paracetamol selama kehamilan umumnya dianggap aman, asalkan dosis yang dipatuhi sesuai rekomendasi. Perempuan hamil dapat mengonsumsinya dengan memperhatikan dosis efektif terkecil dan durasi yang singkat. Pada ibu menyusui, paracetamol bisa terdapat dalam ASI meskipun dalam jumlah kecil. Sebaiknya, konsultasi ladap dokter atau tenaga kesehatan untuk memastikan keamanan penggunaan obat ini selama kehamilan dan menyusui.

    Interaksi obat paracetamol dengan obat lain

    Interaksi obat dapat mempengaruhi efikasi atau meningkatkan risiko efek samping dari obat yang dikonsumsi bersamaan, termasuk paracetamol. Beberapa jenis obat yang mungkin berinteraksi dengan paracetamol adalah:

    • Obat lain yang mengandung parasetamol
    • Obat epilepsi dan pengobatan nyeri seperti carbamazepine
    • Kolestyramine, sering digunakan untuk sirosis bilier
    • Obat imatinib dan busulfan untuk perawatan kanker
    • Ketoconazole antijamur
    • Metoclopramide untuk diabetes tipe 2
    • Fenobarbital, fenitoin, dan primidon untuk mengontrol kejang
    • Warfarin sebagai pengencer darah

    Buat dan simpan daftar obat yang dikonsumsi dan diskusikan dengan dokter untuk menghindari interaksi yang tidak diinginkan.

    Mau konsultasi seputar obat dan kesehatan?

    Tanya Apoteker
    Catatan
    FAVO Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
    Kembali ke blog

    -

    Artikel terkait