Paroxetine

    Paroksetin merupakan antidepresan yang sering diresepkan untuk mengatasi beberapa kondisi kesehatan mental. Di Indonesia, obat ini memiliki informasi penting terkait dosis, cara penggunaan, dan kemungkinan efek samping.

    Golongan obat: antidepresan. Merek dagang paroxetine:

    Apa itu obat paroxetine?

    Paroxetine tergolong dalam kelompok antidepresan yang umumnya diresepkan untuk mengobati sejumlah kondisi seperti depresi mayor, gangguan panik, OCD, gangguan kecemasan, maupun gangguan stres pascatrauma. Paroxetine bekerja dengan cara meningkatkan kembali keseimbangan zat kimia otak, yaitu serotonin, dan ini dikategorikan sebagai SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors). Obat ini berkontribusi pada peningkatan suasana hati, kualitas tidur, nafsu makan, dan tingkat energi seseorang. Implementasi paroksetin berpotensi mereduksi kecemasan, pikiran yang tidak dikehendaki, dan kecenderungan melakukan tindakan repetitif yang dapat menghambat aktivitas sehari-hari seperti OCD.

    Dosis paroxetine

    Meskipun paroxetine tidak terdapat di pasar farmasi Indonesia, obat ini hadir dalam berbagai bentuk sediaan di luar negeri, antara lain tablet biasa, tablet lepas lambat, dan suspensi. Dosis paroksetin bervariasi tergantung jenis kondisinya, dan umumnya membutuhkan penyesuaian berdasar respons pasien serta saran dari ahli kesehatan. Dosis awal untuk dewasa pada kondisi OCD, gangguan kecemasan, PTSD, dan gangguan panik biasanya dimulai dari 20 mg dan dapat ditingkatkan sampai maksimum 60 mg per hari. Untuk gangguan depresi mayor dan gangguan disforia pramenstruasi, dosis dapat meningkat hingga 62,5 mg sehari. Lansia pada umumnya disarankan tidak melebihi dosis 40 mg setiap hari.

    Aturan Pakai paroxetine

    Paroxetine tersedia dalam berbagai bentuk seperti tablet, suspensi oral, tablet lepas lambat, dan kapsul, yang dikonsumsi biasanya sekali sehari di pagi atau sore, dapat dengan atau tanpa makanan. Penting untuk mengocok botol suspensi sebelum pemakaian agar bahan aktif tercampur rata. Jangan membagi, mengunyah, atau menghancurkan tablet atau kapsul, dan konsumsilah secara utuh. Pasien mungkin memerlukan waktu beberapa minggu untuk merasakan efek total dari paroxetine, dan dianjurkan untuk melanjutkan penggunaan walau sudah merasakan perbaikan. Berhenti konsumsi haruslah atas saran dokter untuk menghindari penarikan yang mendadak.

    Efek Samping paroxetine

    Berbagai efek samping bisa timbul akibat penggunaan paroxetine, tergantung pada respon individu. Beberapa efek samping yang umum termasuk:

    • Sakit kepala
    • Pusing
    • Kelemahan
    • Kesusahan berkonsentrasi
    • Kegelisahan
    • Kelupaan
    • Kebingungan
    • Kantuk

    Efek samping yang serius, walaupun tidak sering terjadi, meliputi:

    • Halusinasi
    • Pingsan
    • Detak jantung tidak teratur
    • Rasa sakit di dada
    • Kesulitan bernafas
    • Kejang
    • Perdarahan atau memar yang tidak biasa

    Peringatan dan Perhatian saat Pakai paroxetine

    Pemakaian paroxetine harus dengan pertimbangan khusus terutama bagi individu yang memiliki kondisi-kondisi berikut:

    • Alergi terhadap paroxetine atau komponennya
    • Riwayat serangan jantung atau kadar natrium rendah dalam darah
    • Baru-baru ini menggunakan MAO inhibitors

    Terdapat risiko khusus bagi beberapa kelompok seperti:

    • Lansia, dengan risiko penggunaan yang mungkin lebih tinggi dibandingkan manfaatnya
    • Risiko untuk terkena glaukoma sudut tertutup
    • Remaja, ada peningkatan risiko keinginan bunuh diri pada penggunaan antidepresan termasuk SSRI

    Efek paroxetine untuk Ibu Hamil dan Menyusui

    Penggunaan paroxetine selama kehamilan, terutama pada trimester pertama, dapat meningkatkan risiko malformasi kardiovaskular pada bayi. Risiko kelainan jantung ini dapat meningkat hingga 2%, dan paparan SSRI di akhir kehamilan juga berisiko menimbulkan komplikasi untuk bayi baru lahir. Obat ini juga dapat terserap ke dalam ASI yang berpotensi menimbulkan risiko bagi bayi menyusui. Oleh karenanya, ibu yang menyusui perlu konsultasi dengan dokter untuk membuat keputusan apakah akan berhenti menyusui atau berhenti dari penggunaan obat.

    Interaksi paroxetine dengan Obat Lain

    Paroksetin mungkin berinteraksi dengan obat lain dan dapat mempengaruhi cara kerjanya atau meningkatkan risiko dari efek samping berat. Beberapa interaksi yang perlu diwaspadai adalah:

    • Penggunaan bersama phenobarbital, phenytoin, fosamprenavir, atau titonavir yang bisa mengurangi efektivitas paroksetin
    • Pemakaian dengan cimetidine bisa meningkatkan kadar obat dalam tubuh
    • Risiko sindrom serotonin saat digunakan bersamaan dengan MAO
    • Perubahan efek antikoagulan saat digunakan bersama NSAID, aspirin, warfarin, atau obat pengencer darah lainnya

    Konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter perihal interaksi antarobat serta kondisi kesehatan Anda.

    Mau konsultasi seputar obat dan kesehatan?

    Tanya Apoteker
    Catatan
    FAVO Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
    Kembali ke blog

    Produk Rekomendasi

    Tutup

    -

    Artikel terkait