Pethidine (Meperidine)

    Dalam penanganan rasa sakit, terdapat beragam pilihan obat yang dapat digunakan tergantung keparahan kondisinya. Banyak orang mengawali dengan konsumsi obat umum seperti parasetamol dan ibuprofen. Apabila kondisi tidak membaik, dokter biasanya merekomendasikan obat anti-inflamasi non-steroid (AINS). Pada tahap lebih lanjut, petidin, yang merupakan obat analgesik opioid, akan diresepkan.

    Golongan obat: Opioid Merek dagang: Pethidina.

    Apa itu obat petidin?

    Petidin, atau pethidine, merupakan obat dari golongan opioid yang diindikasikan untuk mengatasi nyeri yang berkisar dari tingkat sedang hingga berat. Obat ini secara khusus diterapkan dalam setting perawatan rumah sakit. Walaupun terkadang digunakan untuk meredakan rasa sakit pasca-melahirkan, penggunaannya bukanlah untuk pengelolaan nyeri yang terkait dengan kondisi kanker. Dalam beberapa tahun belakangan, preferensi pada morfin sebagai analgesik opioid meningkat karena efektivitasnya yang lebih lama dan efek samping yang cenderung lebih rendah. Petidin bekerja dengan menghambat proses pengiriman sinyal nyeri ke otak.

    Dosis petidin

    Petidin tersedia dalam bentuk larutan injeksi dengan konsentrasi 50 mg/mL, berdasarkan panduan BPOM. Dosis yang ditetapkan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan individu, mengingat faktor-faktor seperti usia, kondisi spesifik, dan rekomendasi medis.

    • Dewasa: Dosis berkisar antara 25-150 mg dengan cara injeksi IM atau SC setiap 4 jam sesuai kebutuhan, dapat pula dengan injeksi IV 25-50 mg. Konsultasikan selalu dosis yang disesuaikan dengan keparahan rasa sakit dan respon pasien.
    • Anak: 0,5-2 mg/kg melalui injeksi IM atau SC dengan kesempatan pengulangan setiap 4 jam sesuai kebutuhan.
    • Lansia: Dosis diawali dari yang terkecil.

    Aturan Pakai Petidin

    Petidin hanya diberikan oleh profesional medis di lingkungan rumah sakit. Setiap instruksi yang diberikan oleh tim medis, baik sebelum maupun selama pengobatan, harus diikuti dengan teliti. Ada baiknya pula mengkonsultasikan segala hal yang perlu dihindari selama periode pengobatan.

    Efek Samping Petidin

    Konsumsi petidin bisa berakibat pada penurunan kewaspadaan dan timbulnya kantuk. Dampak lainnya meliputi:

    • Mual dan muntah
    • Sakit kepala
    • Palpitasi
    • Kelelahan
    • Kesulitan buang air kecil
    • Berkeringat berlebih
    • Mulut kering
    • Sembelit
    • Ruam pada kulit

    Hipotensi ortostatik juga dapat terjadi, yang ditandai dengan penurunan tekanan darah mendadak saat berdiri dari posisi duduk atau berbaring. Untuk itu, disarankan untuk berdiri perlahan-lahan apabila mengalami kondisi ini. Efek samping serius yang memerlukan pemeriksaan dokter antara lain adalah sesak napas, kesulitan berbicara, agitasi, kebingungan, halusinasi, peningkatan denyut nadi, demam, tremor, dan mual atau muntah yang bisa menjadi indikasi dari sindrom serotonin.

    Peringatan dan Perhatian saat Pakai Petidin

    Adalah penting untuk mengikuti perawatan sesuai petunjuk dokter. Berikan informasi yang akurat kepada dokter jika Anda memiliki kondisi atau gangguan kesehatan tertentu, di antaranya adalah:

    • Epilepsi
    • Penyakit Addison
    • Pankreatitis akut atau masalah saluran empedu
    • Obesitas ekstrem
    • Gangguan tidur
    • Anemia sel sabit
    • Gangguan tiroid
    • Riwayat penyalahgunaan obat
    • Penyakit jiwa
    • Gangguan ginjal dan hati

    Khusus bagi yang sedang hamil atau menyusui, ada keharusan untuk memberikan pemberitahuan kepada dokter.

    Efek Petidin untuk Ibu Hamil dan Menyusui

    Bagi ibu hamil dan menyusui, penerapan petidin harus melalui konsultasi menyeluruh. Beberkan kepada dokter apabila sedang dalam masa kehamilan, merencanakan kehamilan, atau menyusui. Obat opioid berisiko menimbulkan gangguan pertumbuhan pada janin, kelahiran prematur, dan cacat pada bayi. Terdapat pula kemungkinan bahwa ibu menyusui dapat menularkan obat ini ke bayi melalui ASI.

    Interaksi Obat Petidin dengan Obat Lain

    Penggunaan petidin tidak dianjurkan jika pasien telah atau sedang memakai inhibitor monoamine oxidase (MAOI) dalam kurun waktu 14 hari terakhir, termasuk saat mengonsumsi obat anti-HIV seperti ritonavir. Pastikan untuk memberitahu dokter bila Anda mengkonsumsi beberapa jenis obat berikut ini:

    • Antibiotik macam eritromisin atau siprofloksasin
    • Obat antijamur seperti ketokonazol
    • Obat untuk TBC termasuk isoniazid atau rifampisin
    • Obat antikejang seperti fenitoin atau fenobarbital
    • Analgesik opioid lainnya seperti oksikodon

    Mau konsultasi seputar obat dan kesehatan?

    Tanya Apoteker
    Catatan
    FAVO Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
    Kembali ke blog

    Produk Rekomendasi

    Tutup

    -

    Artikel terkait