Rabies Immunoglobulin

    Vaksin rabies merupakan salah satu langkah preventif yang penting untuk melindungi individu dari infeksi fatal yang disebabkan oleh virus rabies. Baik bagi mereka yang bisa jadi telah terpapar maupun yang berpotensi memiliki kontak dengan virus ini.

    Golongan obat: Vaksin Merek dagang: Chirorab, Favirab, Hyperrab, Rabipur, Rabivax, Verorab

    Apa Itu Vaksin Rabies

    Vaksin rabies dirancang dengan menggunakan virus rabies yang telah dinonaktifkan. Prinsip kerja vaksin ini adalah memacu sistem imun tubuh untuk memproduksi antibodi spesifik terhadap virus rabies. Terdapat periode waktu sekitar 7 hingga 10 hari pasca-vaksinasi di mana tubuh mulai membentuk perlindungan imunitas dengan cara mengembangkan antibodi. Apabila ada orang yang berpotensi terpapar virus rabies dan belum divaksin sebelumnya, diperlukan langkah perlindungan segera. Hal ini bisa dilakukan dengan memberikan vaksin rabies bersama dengan human rabies immune globulin, yang bertindak sebagai antibodi siap pakai yang segera menetralisir virus.

    Dosis Vaksin Rabies

    Vaksin rabies diberikan dalam bentuk injeksi dan protokol pemberian dosisnya harus sesuai dengan rekomendasi kesehatan. Pemberian untuk profilaksis sebelum paparan (pre-exposure prophylaxis) meliputi tiga dosis 1 ml di hari ke-0, ke-7, dan ke-21 atau ke-28. Sementara itu, untuk profilaksis setelah paparan (post-exposure prophylaxis) pada individu yang belum mendapatkan dosis vaksin rabies, diberikan lima dosis 1 ml dengan jadwal di hari pertama bersama dengan imunoglobulin rabies, kemudian diikuti dengan dosis di hari ke-3, 7, 14, dan 28. Bagi mereka yang sudah menerima vaksinasi lengkap, diberikan dua dosis 1 ml pada hari yang sama dengan paparan dan tiga hari berselang setelahnya.

    Aturan Pakai Vaksin Rabies

    Vaksin rabies harus diterima melalui prosedur medis oleh tenaga kesehatan profesional. Pada dewasa, suntikan dilakukan pada otot lengan atas, sedangkan pada anak-anak disarankan di otot paha. Untuk efektivitas yang optimal, disarankan menerima vaksin rabies minimal satu bulan sebelum terlibat dalam kegiatan yang memiliki risiko paparan virus rabies. Sebagai langkah awal saat terjadi gigitan atau cakaran dari hewan, cuci luka dengan air dan sabun kemudian disinfeksi, serta tutup dengan perban, lalu segera mendapatkan perawatan medis.

    Efek Samping Vaksin Rabies

    Beberapa efek samping yang mungkin terjadi setelah pemberian vaksin rabies adalah:

    • Nyeri dan pembengkakan pada area suntikan
    • Sensasi gatal atau kemerahan pada kulit dekat lokasi suntikan
    • Kepala terasa pusing atau nyeri
    • Mual dan sakit di perut
    • Perut terasa kembung dan diare
    • Mengalami nyeri otot
    • Gejala mirip flu seperti hidung mampet hingga sakit tenggorokan Apabila efek samping tersebut bertahan atau semakin parah, dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter.

    Peringatan dan Perhatian saat Pakai Vaksin Rabies

    Bila hendak menggunakan vaksin rabies ada sejumlah pertimbangan penting seperti:

    • Sejarah alergi, terutama terhadap neomycin
    • Kondisi sistem imun yang lemah
    • Penyakit-penyakit tertentu seperti HIV/AIDS atau sedang mengonsumsi obat imunosupresan
    • Mengalami gejala infeksi atau demam
    • Memiliki gangguan perdarahan
    • Sedang hamil, menyusui, atau merencanakan kehamilan
    • Mengonsumsi obat, suplemen, atau herbal tertentu yang mungkin interaksi dengan vaksin Segera cari pertolongan medis jika mengalami reaksi alergi setelah imunisasi.

    Efek Vaksin Rabies untuk Ibu Hamil dan Menyusui

    Penggunaan vaksin rabies pada ibu hamil dikenai kategori C, artinya harus dikonsultasikan dengan dokter mengenai risiko dan manfaat. Sedangkan pada ibu menyusui, vaksin belum terbukti secara pasti akan terdapat dalam ASI. Konsultasi dengan dokter menjadi sangat penting sebelum menggunakan vaksin rabies saat masa menyusui.

    Interaksi Vaksin Rabies dengan Obat Lain

    Vaksin rabies berpotensi berinteraksi dengan beberapa jenis obat, sehingga dapat mempengaruhi keefektifan vaksin atau meningkatkan risiko tertentu, antara lain:

    • Obat antimalaria seperti chloroquine
    • Obat kortikosteroid seperti hydrocortisone
    • Imunosupresan seperti basiliximab
    • Antikoagulan, yang dapat meningkatkan kemungkinan perdarahan atau hematoma Pastikan untuk memberi tahu dokter tentang semua obat yang sedang dikonsumsi untuk menghindari interaksi obat yang tidak diinginkan.

    Mau konsultasi seputar obat dan kesehatan?

    Tanya Apoteker
    Catatan
    FAVO Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
    Kembali ke blog

    Produk Rekomendasi

    Tutup

    -

    Artikel terkait