Ranitidine

    Kelebihan asam lambung dapat menimbulkan gejala tidak nyaman seperti sensasi terbakar di perut dan nyeri abdominal. Ranitidine merupakan obat yang digunakan untuk mengendalikan kondisi ini. Informasi lebih lengkap seputar ranitidine dijelaskan berikut ini.

    Golongan obat: Antasida, agen antirefluks dan antiulceran, penghambat H2 Merek dagang: Acran, Anitid, Bloxer, Gastridin, Radin, Ranival, Ratinal, Tyran, Tricker, Zenti 150, Zantifar

    Apa itu ranitidine?

    Ranitidine, dikenal juga dengan ranitidin, adalah suatu obat yang digunakan untuk menekan produksi asam lambung. Berperan dalam mengatasi serta mencegah sensasi panas di dada (heartburn), nyeri perut, dan kondisi akibat tukak lambung seperti gastritis. Ranitidine juga efektif untuk terapi beberapa kondisi esofagus dan perut yang diinduksi oleh kelebihan asam lambung, termasuk sindrom Zollinger-Ellison, esofagitis erosif kas, dan gastroesophageal reflux disease (GERD). Sebagai golongan H2 blocker, ranitidine bertindak dengan cara mengurangi jumlah asam lambung dan kadar ion hidrogen. Meskipun efektif, penggunaan ranitidine telah dilarang oleh FDA di Amerika serikat karena terdapat risiko yang dapat memancing kanker, sehingga harus digunakan sesuai dengan petunjuk dokter.

    Dosis obat ranitidine

    Ranitidine tersedia dalam bentuk tablet oral (150 dan 300 mg), sirup (75mg/5mL), dan injeksi (50mg/2mL). Dosis yang direkomendasikan beragam tergantung pada kondisi medis yang ditangani:

    • Ulkus duodenal dan lambung: 150 mg oral dua kali sehari atau 300 mg sebelum tidur untuk dewasa, dan dosis berdasarkan berat badan untuk anak.
    • Dispepsia: 150 mg oral dua kali sehari selama enam minggu untuk dewasa.
    • Perdarahan gastrointestinal akibat ulkus stres: 150 mg oral sebagai pengganti injeksi atau dosis injeksi khusus untuk dewasa.
    • Pencegahan meningkatnya asam lambung saat anestesi umum: 150 mg oral dua jam sebelum anestesi atau dosis tersendiri untuk ibu hamil.
    • Ulkus akibat NSAID dan refluks asam lambung: terdapat dosis khusus untuk dewasa dan anak-anak.
    • Erosive esophagitis: 150 mg oral empat kali sehari selama 12 minggu untuk dewasa.
    • Ulkus duodenal karena H. pylori: 300 mg oral sebelum tidur atau 150 mg dua kali sehari ditambah antibiotik untuk dewasa.
    • Kondisi hipersekresi: dosis IV awal yang bisa ditingkatkan sesuai kebutuhan. Penggunaannya harus selalu berdasarkan pengawasan medis.

    Aturan pakai obat ranitidine

    Ikuti anjuran dosis dan instruksi penggunaan ranitidine dari dokter atau sesuai dengan petunjuk pada kemasan. Konsisten dan teliti dalam mengonsumsi, dengan atau tanpa makanan, dan menggunakan alat ukur yang tepat untuk bentuk obat cair. Ingatlah minum obat 30-60 menit sebelum mengonsumsi makanan atau minuman penyebab heartburn untuk tujuan pencegahan. Dosis yang terlewat harus segera diminum kecuali waktu dosis berikutnya sudah dekat. Jangan menggandakan dosis. Ranitidine tidak boleh dikonsumsi lebih dari dua minggu tanpa nasihat dokter, dan harus segera berkonsultasi jika gejala tidak membaik.

    Efek Samping obat ranitidine

    Efek samping dari ranitidine yang serius membutuhkan perhatian medis dengan segera, seperti:

    • Gejala alergi termasuk gatal, kesulitan bernapas, pembengkakan wajah atau tenggorokan.
    • Efek yang jarang tapi serius bisa termasuk nyeri dada, batuk dengan lendir berwarna, mudah memar, denyut jantung yang tidak normal, gangguan penglihatan, dan tanda-tanda penyakit hati seperti jaundice. Efek samping ringan dari ranitidine meliputi sakit kepala, kantuk, insomnia, penurunan libido, dan gangguan gastrointestinal seperti mual atau konstipasi. Penting untuk mendiskusikan efek samping yang dialami dengan dokter ataupun apoteker.

    Peringatan dan perhatian saat pakai obat ranitidine

    Perhatikan dan ikuti petunjuk medis jika Anda memiliki alergi terhadap ranitidine atau komponen lain. Heartburn dapat memiliki gejala yang serupa dengan serangan jantung, jadi segera cari bantuan jika Anda mengalami gejala tersebut. Informasikan kepada dokter Anda jika Anda hamil, menyusui, atau diagnosis medis seperti penyakit ginjal, penyakit hati, porfiria, fenilketonuria, kanker lambung, penyakit jantung, diabetes, atau kondisi imun tertentu. Pastikan penyimpanan obat dengan tepat, jauh dari panas dan lembap, dan jangan dibekukan. Jangan membuang obat secara sembarangan, ikuti pedoman pengelolaan obat yang telah kadaluwarsa atau tidak digunakan lagi.

    Efek obat ranitidine untuk ibu hamil dan menyusui

    Ranitidine tergolong dalam kategori kehamilan B menurut FDA, mengindikasikan penelitian pada hewan tidak menunjukkan efek berbahaya pada janin, namun belum jelas efek samping pada bayi yang disusui. Mengingat ranitidine dapat menembus ASI dan berpotensi meningkatkan kadar prolaktin, diperlukan konsultasi dengan dokter untuk menentukan keamanan penggunaan saat hamil atau menyusui.

    Interaksi obat ranitidine dengan obat lain

    Interaksi ranitidine dengan obat lain dapat menyebabkan perubahan efektivitas atau meningkatkan risiko efek samping. Gunakan dengan hati-hati dan setelah berkonsultasi dengan dokter jika Anda juga mengonsumsi obat seperti NSAID, lidocaine, propranolol, procainamide, n-acetylprocainamide, phenytoin, diazepam, theophylline, atau warfarin. Catat dan informasikan daftar seluruh obat yang Anda gunakan, termasuk obat resep, non-resep, dan herbal kepada dokter serta apoteker untuk menghindari interaksi yang tak diinginkan.

    Mau konsultasi seputar obat dan kesehatan?

    Tanya Apoteker
    Catatan
    FAVO Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
    Kembali ke blog

    Produk Rekomendasi

    Tutup

    -

    Artikel terkait