Tenofovir

    Orang yang hidup dengan HIV/AIDS membutuhkan pengobatan antiretroviral seperti tenofovir untuk menurunkan beban virus dalam tubuh. Apa saja penggunaan dan kemungkinan efek samping dari tenofovir? Berikut adalah pembahasan lengkapnya.

    Golongan obat: antiviral Merek dagang: Tafnext, Hepbest, Kifovir, Ricovir, Temildy, Hepamed

    Apa itu obat tenovofir?

    Tenofovir disoproxil fumarate atau biasa disingkat tenofovir DF, merupakan obat antiretroviral yang berbentuk analog nukleotida. Digunakan sebagai senjata melawan virus dari kelas retrovirus yang mencakup HIV-1, HIV-2, serta hepadnavirus.

    Setelah diserap, tenofovir DF segera bertransformasi menjadi tenofovir yang kemudian diubah oleh sel menjadi tenofovir difosfat. Senyawa ini efektif dalam menghentikan sintesis DNA virus, meskipun tidak mampu menyembuhkan HIV/AIDS namun konsumsi rutin memberikan dampak positif bagi penderita agar dapat hidup lebih lama dan lebih sehat.

    Tenofovir DF juga dinyatakan efektif untuk mengatasi hepatitis B kronis pada orang dewasa dan anak-anak di atas usia 2 tahun dengan berat minimal 10 kg.

    Dosis tenofovir

    Berdasarkan data BPOM, tenofovir tersedia dalam presentasi tablet dengan dosis 600 mg dan 300 mg. Dosis spesifik ditentukan berdasarkan kondisi pasien serta respon terhadap pengobatan.

    Untuk hepatitis B kronis - secara oral

    • Dewasa: 300 mg per hari sekali minum.
    • Anak: Usia 2 tahun dengan berat lebih dari 10 kg: 8 mg/kg badan sekali sehari, maksimum 300 mg per hari.

    Untuk infeksi HIV - secara oral

    • Dewasa: Dalam kombinasi dengan obat antiretroviral lain: 300 mg per hari sekali minum.
    • Anak: Usia 2 tahun dengan berat lebih dari 10 kg: 8 mg/kg badan sekali sehari. Dosis rekomendasi bisa berbeda untuk setiap produk dan perbedaan antarnegara.

    Untuk kasus hepatitis B kronis, terapi dapat dihentikan bila sesuai dengan hasil tes HBcAg berdasarkan ketiadaan sirosis hati dan respons serologis pasien terhadap HBs.

    Aturan Pakai Tenofovir

    Tenofovir harus diminum bersama makanan. Jika berbentuk bubuk, campur dengan saus apel, yogurt, atau panganan bayi. Selalu ikuti instruksi pada etiket obat dengan teliti.

    Pada forma tablet, konsumsilah tablet secara utuh tanpa mengunyah, mengisap, atau menghancurkannya. Jika Anda atau si kecil kesulitan menelannya, segera informasikan kepada dokter.

    Dosis untuk anak didasarkan pada berat badan sehingga perubahan berat badan bisa memengaruhi jumlah dosis yang diperlukan. Pastikan selalu mematuhi anjuran dokter dan jangan menghentikan atau mengubah dosis tanpa persetujuan medis.

    Efek Samping tenovofir

    Walaupun tenofovir DF umumnya aman, ada kemungkinan efek samping yang bisa terjadi. Segera hubungi tenaga medis jika Anda mengalami gejala seperti:

    • nyeri otot yang tidak lazim,
    • kesulitan bernapas,
    • sakit perut,
    • muntah,
    • irama jantung yang tidak normal,
    • pusing,
    • merasa sangat lemah atau kelelahan.

    Efek Samping ringan dari konsumsi tenofovir meliputi:

    • masalah pencernaan,
    • demam,
    • sakit berbagai jenis,
    • kelemahan umum,
    • pusing atau sakit kepala, dan
    • masalah tidur (insomnia).

    Sementara itu, efek samping serius bisa termasuk:

    • gejala mirip flu dan mudah memar,
    • sakit atau kesulitan saat buang air kecil,
    • pembengkakan pada kaki dan pernapasan yang tergangggu,
    • masalah pada sistem kekebalan, kekambuhan infeksi, dan
    • tanda-tanda kerusakan hati. Jika mengalami gejala tersebut, segera hubungi dokter.

    Peringatan dan Perhatian saat Pakai Tenofovir

    Penting untuk mengikuti terapi sesuai petunjuk medis. Laporkan kepada dokter bila mengalami reaksi tak terduga atau alergi terhadap tenofovir atau jenis obat lain. Berikut adalah kondisi yang perlu mendapatkan perhatian khusus:

    • Osteomalasia atau pengelunyakkan tulang.
    • Fosfat darah yang rendah.
    • Peningkatan kadar asiditas darah karena asam laktat.
    • Sindrom Fanconi yang berhubungan dengan gangguan ginjal.
    • Insufisiensi ginjal yang mendadak.
    • Hipersensitivitas terhadap komponen obat.

    Pastikan untuk menyimpan obat pada kondisi yang tepat, yaitu pada suhu ruangan yang terlindung dari cahaya langsung dan kelembapan.

    Efek Tenofovir untuk Ibu Hamil dan Menyusui

    Beberapa studi terkini mengindikasikan bahwa tenofovir dianjurkan bagi ibu hamil yang diinfeksi hepatitis B karena potensinya untuk mencegah infeksi serta aman berdasarkan uji keamanan. Namun, ibu dengan HIV biasanya tidak disarankan untuk menyusui demi menghindari transmisi virus dan membahas metode pemenuhan gizi alternatif untuk bayi dengan dokter.

    Bagi kasus hepatitis B, tinjauan profesional tidak menemukan kontraindikasi tenofovir selama masa menyusui, namun tetap perlu konsultasi dengan tenaga kesehatan untuk membahas keamanannya.

    Interaksi Tenofovir dengan Obat Lain

    Tenofovir dapat berinteraksi dengan obat lain, yang bisa mencetuskan perubahan pada kinerja obat atau meningkatkan potensi efek samping. Hindari mengonsumsi bersama-sama dengan obat-obatan berikut:

    • Didanosin, memengaruhi efek terapi dan meningkatkan risiko efek samping.
    • Lamivudin dan didanosin atau lamivudin dan abakavir, dikhawatirkan gagal terapi.
    • Obat yang bersifat nefrotoksik seperti amfoterisin B, aminoglikosida, gansiklovir.
    • Lamivudin dan efavirenz, berpengaruh terhadap kepadatan mineral tulang.
    • Analog nukleosida, berisiko asidosis laktat dan anemia.
    • Atazanavir, memengaruhi tingkat konsentrasi bersama tenofovir.
    • Lopinavir/ritonavir atau darunavir/ritonavir, meningkatkan kadar tenofovir.

    Mau konsultasi seputar obat dan kesehatan?

    Tanya Apoteker
    Catatan
    FAVO Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
    Kembali ke blog

    Produk Rekomendasi

    Tutup

    -

    Artikel terkait