Terbutaline

    Terbutaline sering digunakan sebagai solusi dalam meredakan gejala penyakit yang berkaitan dengan saluran pernapasan seperti asma, emfisema, dan bronkitis kronis. Karena ia merupakan anggota kelas bronkodilator, fungsinya adalah untuk memperluas saluran nafas dan memudahkan aliran udara, sehingga pernapasan menjadi lebih ringan dan lapang.

    Golongan obat: Bronkodilator Merek dagang: Astherin, Bricasma, Forasma, Lasmalin, Molasma, Nairet, Neosma, Terasma, Terbutaline Sulfate, Tismalin

    Apa itu Terbutaline?

    Terbutaline adalah obat resep yang disarankan untuk mengatasi gejala batuk, mengi, dan sesak napas yang disebabkan oleh asma atau Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK). Ia masuk dalam kategori bronkodilator, yaitu obat yang berfungsi memperlebar saluran pernapasan. Terbutaline bisa dijumpai dalam berbagai bentuk seperti tablet, sirop, inhaler, nebulizer, kaplet, dan bentuk suntik.

    Dosis Terbutaline

    Dokter akan menentukan dosis terbutaline yang sesuai dengan kebutuhan pasien berdasarkan usia dan kondisi spesifiknya:

    Untuk mengatasi bronkospasme akibat asma atau PPOK:

    • Dewasa: Tablet 2,5 mg atau 3 mg, tiga kali sehari, dapat ditingkatkan hingga maksimal 5 mg bila perlu.
    • Anak >15 tahun: Tablet 2,5 mg atau 3 mg, tiga kali sehari.
    • Anak 12-15 tahun: Tablet 2,5 mg, tiga kali sehari.
    • Anak <12 tahun: 0,05 mg/kg berat badan, tiga kali sehari dengan maksimal 5 mg per hari.

    Dewasa menggunakan inhaler: Dosis 0,25-0,5 mg sesuai kebutuhan hingga maksimal 2 mg per hari.

    Aturan Pakai Terbutaline

    Ikuti petunjuk dokter dan informasi dalam kemasan terbutaline dengan seksama. Jangan melakukan penyesuaian dosis tanpa rekomendasi medis. Terbutaline bisa diberikan melalui suntikan oleh tenaga medis, atau digunakan dalam bentuk respule via nebulizer. Khusus untuk inhaler perlu dikocok dan dihisap dengan benar. Sementara, terbutaline dalam bentuk oral seperti tablet, kaplet, dan sirop dapat dikonsumsi sebelum atau sesudah makan, dan hendaknya dilakukan secara konsisten pada waktu yang sama setiap harinya untuk efektifitas yang maksimal.

    Efek Samping Terbutaline

    Pasien mungkin mengalami beberapa efek samping dari terbutaline, seperti:

    • Kegelisahan
    • Tubuh yang gemetar (tremor)
    • Sakit kepala
    • Pusing
    • Mual atau muntah
    • Mengantuk

    Harap segera menghubungi dokter untuk efek samping tersebut dan bila terjadi gejala serius seperti jantung berdebar, tekanan darah tinggi, nyeri dada, kram otot, kelemahan, atau kejang.

    Peringatan dan Perhatian saat Pakai Terbutaline

    Pasien yang akan mengonsumsi terbutaline perlu mengambil beberapa tindakan pencegahan, termasuk:

    • Memeriksakan sejarah alergi, terutama terhadap bronkodilator atau simpatomimetik
    • Mendiskusikan riwayat penyakit seperti diabetes, hipokalemia, hipertensi, kejang, hipertiroidisme, atau penyakit jantung
    • Memberitahu dokter tentang penggunaan terbutaline sebelum melakukan tindakan medis
    • Menyampaikan segala jenis obat, suplemen, atau produk herbal yang sedang digunakan
    • Menginformasikan jika pasien sedang hamil, menyusui, atau merencanakan kehamilan

    Hentikan aktivitas yang memerlukan kewaspadaan setelah mengonsumsi obat ini, termasuk mengemudi dan mengurangi konsumsi alkohol serta minuman berkafein. Segera hubungi dokter jika ada peningkatan kesulitan bernapas atau tidak terjadi perbaikan setelah penggunaan.

    Efek Terbutaline untuk Ibu Hamil dan Menyusui

    Untuk ibu hamil, Terbutaline masuk pada Kategori C, yang artinya terdapat efek samping pada janin dalam studi hewan tetapi belum teruji secara terkontrol pada manusia. Oleh karena itu, obat ini hanya boleh digunakan jika manfaat yang diharapkan melebihi risiko bagi janin. Terbutaline juga dapat terserap ke dalam ASI, sehingga ibu menyusui harus mendapatkan persetujuan dokter sebelum menggunakannya.

    Interaksi Terbutaline dengan Obat Lain

    Terbutaline dapat menyebabkan interaksi obat yang mengubah efektivitas atau meningkatkan risiko efek samping, di antaranya:

    • Pengurangan kemampuan obat antidiabetes seperti acarbose atau metformin
    • Penurunan efektivitas penghambat beta seperti propranolol, nadolol, timolol, atau pindolol
    • Risiko lebih tinggi terjadinya hipokalemia jika digunakan bersamaan dengan diuretik
    • Meningkatnya risiko perdarahan berat dan gangguan irama jantung saat digunakan bersama anestesi gas, seperti halotane
    • Risiko edema paru yang lebih tinggi bila digunakan dengan agonis beta atau kortikosteroid

    Mau konsultasi seputar obat dan kesehatan?

    Tanya Apoteker
    Catatan
    FAVO Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
    Kembali ke blog

    Produk Rekomendasi

    Tutup

    -

    Artikel terkait