Tolterodine

    Tolterodine umumnya digunakan sebagai terapi untuk kasus kandung kemih yang terlalu responsif, yang seringkali menimbulkan kebutuhan segera untuk buang air kecil serta kesulitan menahan hasrat untuk berkemih.

    Golongan obat: Antispasmodik Merek dagang: Detrusitol

    Apa itu Tolterodine?

    Sebagai obat resep dalam kategori antispasmodik, tolterodine bermanfaat mengatasi kandung kemih yang terlampau aktif. Obat ini secara umum dikhususkan untuk digunakan oleh dewasa. Penggunaan tolterodine pada wanita hamil masuk dalam Kategori C, yang berarti penelitian pada hewan menunjukkan efek negatif pada janin, meskipun belum terdapat studi terkontrol pada wanita hamil. Oleh karena itu, tolterodine harus dipakai ketika manfaatnya dianggap lebih besar daripada risikonya untuk janin. Selain itu, belum diketahui apakah tolterodine dapat ditemukan dalam ASI atau tidak, sehingga perlu konsultasi dokter jika ingin menggunakannya saat menyusui. Tersedia dalam bentuk tablet salut selaput.

    Dosis dan Aturan Pakai Tolterodine

    Untuk dewasa yang mengalami kandung kemih yang terlalu aktif:

    • Tablet lepas cepat (immediate-release): Dosage is 2 mg twice a day, which can be reduced to 1 mg twice a day based on the body's response.
    • Tablet pelepasan lambat (extended release): Dosage ranges from 2 to 4 mg once a day, which can be reduced to 1 mg twice a day based on the body's response.

    Cara Mengonsumsi Tolterodine dengan Benar

    Patuhi saran dokter dan baca petunjuk pada kemasan tolterodine. Dianjurkan untuk meminumnya pada waktu yang sama setiap hari demi efektivitas terapi. Dapat dikonsumsi bersama atau tanpa makanan dan ditelan dengan air putih. Hindari mengunyah atau menghancurkan tablet untuk mengurangi risiko efek samping. Apabila terlupa, konsumsilah secepat mungkin jika waktunya masih jauh dari dosis berikutnya atau lewatkan jika sudah dekat. Disarankan untuk banyak minum air selama penggunaan obat ini untuk mencegah heatstroke. Simpan tolterodine di tempat yang sejuk, kering, dan terlindungi dari sinar matahari langsung.

    Efek Samping dan Bahaya Tolterodine

    Beberapa efek samping yang mungkin terjadi adalah:

    • Sakit kepala atau pusing
    • Penglihatan buram
    • Nyeri sendi
    • Mulut kering
    • Mata kering
    • Sakit perut
    • Konstipasi atau diare

    Apabila efek samping tidak kunjung membaik atau semakin buruk, segera konsultasi dengan dokter. Perhatikan tanda-tanda reaksi alergi obat atau efek samping serius seperti sulit buang air kecil, kebingungan, halusinasi, nyeri dada, atau pingsan dan beritahukan kepada dokter.

    Peringatan Sebelum Mengonsumsi Tolterodine

    Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum mengonsumsi tolterodine meliputi:

    • Alergi terhadap bahan aktif
    • Riwayat atau kondisi saat ini seperti retensi urine, obstruksi kandung kemih, kolitis ulseratif, sumbatan usus, glaukoma, konstipasi berat, masalah ginjal, liver, jantung, myasthenia gravis, atau gangguan elektrolit
    • Riwayat keluarga dengan gangguan irama jantung
    • Pemakaian obat, suplemen, atau herbal lain
    • Kehamilan dan menyusui
    • Batasi kegiatan yang menyebabkan panas berlebih
    • Hindari mengemudi atau mengoperasikan mesin setelah konsumsi obat
    • Segera medis jika ada reaksi alergi, overdosis, atau efek samping serius

    Efek Tolterodine untuk Ibu Hamil dan Menyusui

    Meskipun tolterodine tergolong dalam Kategori C untuk ketentuan penggunaan pada ibu hamil, penggunaannya boleh dilakukan jika manfaat yang diharapkan lebih besar dari risiko yang ada. Belum ada informasi yang pasti mengenai penyerapan tolterodine ke dalam ASI. Namun, penting bagi ibu menyusui untuk berdiskusi dengan dokter sebelum memutuskan menggunakan obat ini.

    Interaksi Tolterodine dengan Obat Lain

    Beberapa risiko interaksi antara tolterodine dengan obat lain diantaranya:

    • Peningkatan risiko luka atau perdarahan saluran cerna bersama suplemen kalium
    • Peningkatan risiko heatstroke dengan zonisamide atau topiramate
    • Peningkatan efek samping tolterodine dengan abametapir, cimetidine, clarithromycin, cobicistat, enzalutamide, erythromycin, idelalisib, itraconazole, mifepristone, ketoconazole, lonafarnib, nefazodone, ribociclib, atau saquinavir
    • Peningkatan efek antikolinergik dengan revefenacin atau glycopyrrolate
    • Risiko gangguan saluran cerna dengan pramlitide

    Informasikan kepada dokter seluruh jenis pengobatan yang sedang dijalani untuk menghindari interaksi yang membahayakan.

    Mau konsultasi seputar obat dan kesehatan?

    Tanya Apoteker
    Catatan
    FAVO Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
    Kembali ke blog

    Produk Rekomendasi

    Tutup

    -

    Artikel terkait