Olaparib

    Olaparib merupakan zat aktif yang digunakan dalam pengobatan beragam tipe kanker, termasuk kanker payudara, ovarium, pankreas, prostat, serta kanker tuba falopi dan peritoneum. Bentuk sediaan dari Olaparib adalah tablet, dan pemakaiannya harus sesuai dengan petunjuk dokter. Golongan obat: Obat kemoterapi Merek dagang: Lynparza

    Apa Itu Olaparib?

    Olaparib adalah agen kemoterapeutik yang berfungsi sebagai penghambat protein yang mendukung kelangsungan hidup sel kanker sehingga menyebabkan kematian sel tersebut. Terapi dengan Olaparib bisa dikombinasikan dengan pengobatan lain, sesuai dengan jenis kanker yang ditargetkan. Penting untuk melakukan tes genetika sebelum memulai pengobatan dengan olaparib untuk memastikan kompatibilitas obat dengan kondisi genetik pasien.

    Dosis Olaparib

    Dosis standar Olaparib dalam pengobatan untuk kanker payudara, prostat, ovarium, pankreas, kanker tuba falopi, atau kanker peritoneum adalah sebagai berikut:

    • Dewasa: 300 mg dua kali sehari, tidak melebihi 600 mg setiap hari. Durasi penggunaan obat bergantung pada tipe kanker yang diobati serta dapat berkisar antara satu hingga dua tahun.

    Aturan Pakai Olaparib

    Untuk memastikan konsumsi olaparib yang tepat, ikuti petunjuk pemakaian baik dari kemasan maupun dari anjuran dokter. Periksa kemasan obat sebelum digunakan dan jangan melebihi dosis yang direkomendasikan.

    • Konsumsi olaparib boleh dilakukan sebelum atau sesudah makan, menelan tablet secara utuh tanpa mengunyah, menghancurkan, atau membelahnya.
    • Jadwalkan pengambilan obat pada waktu yang sama tiap hari dengan jarak antar dosis 12 jam.
    • Apabila muntah terjadi dalam satu jam setelah konsumsi olaparib, tidak perlu dikonsumsi kembali dan segera konsultasikan dengan dokter untuk pemberian obat anti mual.
    • Jika lupa waktu minum obat, lewatkan dosis yang terlupa dan jangan menggandakan dosis berikutnya. Teruskan pemakaian sesuai anjuran dokter.
    • Simpan olaparib pada suhu 20-25 derajat Celsius di lingkungan yang aman dari jangkauan anak-anak dan buang obat yang tidak terpakai sampai kedaluwarsa.

    Efek Samping Olaparib

    Beberapa efek samping yang mungkin timbul akibat konsumsi olaparib mencakup:

    • Rasa mual dan muntah
    • Diare
    • Sensasi terbakar pada ulu hati atau heartburn
    • Rasa penuh pada perut
    • Sakit kepala
    • Kehilangan selera makan
    • Merasa pusing dan kelelahan
    • Batuk
    • Perubahan rasa

    Sebagai tindakan kehati-hatian, jika gejala tidak membaik atau memburuk dan terjadi reaksi alergi atau efek samping yang lebih serius, seperti kesulitan bernapas, pembengkakan wajah, demam, atau tanda-tanda infeksi, segera temui dokter.

    Peringatan dan Perhatian saat Pakai Olaparib

    Ada beberapa poin penting yang harus diperhatikan sebelum mengonsumsi olaparib:

    • Hindari penggunaan jika alergi terhadap komponen olaparib terdeteksi.
    • Diskusikan dengan dokter sebelum pemakaian jika memiliki riwayat gangguan pernapasan, penyakit hati, ginjal, atau jika pernah mengalami penyumbatan pembuluh darah di kaki (deep vein thrombosis/DVT) atau emboli paru.
    • Informasikan status kehamilan atau menyusui, serta rencana kehamilan yang dimungkinan.
    • Terapkan kontrol kelahiran saat menggunakan olaparib, dengan penggunaan kontrasepsi minimal 3 bulan setelah dosis terakhir untuk pria dan 6 bulan untuk wanita.
    • Kontrasepsi hormonal mungkin menjadi kurang efektif saat terapi olaparib, konsultasikan metode kontrasepsi yang cocok dengan dokter Anda.
    • Jangan melakukan spermadonasi selama periode terapi sampai 3 bulan setelahnya.
    • Hati-hati melakukan aktivitas yang membutuhkan kewaspadaan seperti mengemudi atau mengoperasikan mesin setelah konsumsi olaparib.
    • Laporkan penggunaan obat lain termasuk suplemen dan produk herbal untuk menghindari interaksi yang tidak diinginkan.
    • Segera cari perawatan medis jika alergi obat atau efek samping serius muncul, yang mungkin memerlukan penghentian atau penundaan terapi.

    Efek Olaparib untuk Ibu Hamil dan Menyusui

    Olaparib dikategorikan dalam Kategori D selama kehamilan, yang berarti dapat berisiko bagi janin manusia. Akan tetapi, obat ini masih bisa digunakan pada situasi yang mengancam jiwa di mana manfaat lebih besar daripada risiko. Bagi ibu menyusui, disarankan untuk menghentikan pemberian ASI selama terapi dengan olaparib dan satu bulan setelah dosis terakhir.

    Interaksi Olaparib dengan Obat Lain

    Olaparib memiliki potensi interaksi dengan beberapa obat, termasuk:

    • Gangguan sumsum tulang yang bisa menyebabkan kondisi serius dengan paclitaxel, doxorubicin, atau gemcitabine
    • Peningkatan risiko efek samping dengan itraconazole, clarithromycin, erythromycin, diltiazem, fluconazole, atau verapamil
    • Penurunan efektivitas olaparib dengan dexamethasone, rifampicin, phenytoin, carbamazepine, nevirapine, phenobarbital, atau tamoxifen
    • Risiko infeksi serius bertambah dengan denosumab
    • Efek samping tertentu bertambah dengan rosuvastatin, metformin, glibenclamide, valsartan, repaglinide, furosemide, atau morphine
    • Kontrasepsi hormonal terpengaruh saat digunakan bersama dengan olaparib

    Disamping itu, hindari konsumsi grapefruit atau buah dan selai jeruk Seville yang dapat meningkatkan risiko efek samping. Konsultasikan dengan dokter anda sebelum menggabungkan olaparib dengan obat lain.

    Mau konsultasi seputar obat dan kesehatan?

    Tanya Apoteker
    Catatan
    FAVO Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
    Kembali ke blog

    Produk Rekomendasi

    Tutup

    Ditinjau secara medis oleh apt. Diana Fatria, S. Farm

    Artikel terkait