Cotrimoxazole

    Infeksi bakteri dapat menjangkiti berbagai segmen tubuh dan memicu penyakit, seperti pneumonia. Jika tidak ditangani dengan tepat, keadaan ini dapat memburuk. Salah satu obat yang dokter mungkin anjurkan untuk mengatasi infeksi ini adalah cotrimoxazole.

    Golongan obat: antibiotik Merek dagang: Zecatrim

    Apa itu cotrimoxazole?

    Cotrimoxazole adalah obat antibiotik yang digunakan untuk mengatasi jenis infeksi tertentu, termasuk bronkitis, pneumonia, infeksi telinga, saluran kemih, dan usus. Komponen obat ini merupakan perpaduan antara trimetoprim dan sulfametoksazol, yang termasuk ke dalam kelas antibiotik sulfonamid. Obat ini bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri untuk mencegah dan mengobati infeksi yang berkembang. Walaupun terdapat versi forte dengan kandungan zat aktif yang lebih tinggi, kegunaan, dosis, cara penggunaan, efek samping, dan interaksi obat antara cotrimoxazole biasa dan forte tidak berbeda.

    Dosis cotrimoxazole

    Cotrimoxazole tersedia dalam bentuk tablet, kaplet, dan suspensi untuk diminum. Tablet atau kaplet Cotrimoxazole mengandung 800 mg sulfamethoxazole dan 160 mg trimethoprim (960 mg); atau 400 mg sulfamethoxazole dan 80 mg trimethoprim (480 mg). Sementara itu, suspensi Cotrimoxazole mengandung 400 mg sulfamethoxazole dan 80 mg trimethoprim (480 mg) per 5 ml suspensi; atau 200 mg sulfamethoxazole dan 40 mg trimethoprim (240 mg) per 5 ml suspensi.

    Dosis obat akan ditentukan oleh dokter berdasarkan faktor-faktor seperti jenis penyakit, tingkat keparahan infeksi, usia, serta kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan. Umumnya, dokter akan menetapkan dosis untuk mengatasi pneumonia, infeksi yang lain seperti bronkitis, infeksi telinga, usus, atau saluran kemih, serta untuk pencegahan infeksi bakteri pada individu dengan kekebalan tubuh yang rendah. Dosis ditentukan dengan mengacu pada berat badan pasien serta interval waktu yang disesuaikan dengan kondisi klinis.

    Tujuan Pengobatan: Menangani perburukan bronkitis kronis, infeksi saluran kemih, dan otitis media akut.

    Dewasa dan Anak usia >12 tahun:

    • Untuk infeksi: 960 mg, 2 kali sehari.
    • Untuk infeksi berat: 2.880 mg per hari yang dibagi ke dalam 2 jadwal konsumsi.

    Anak usia 6–12 tahun: 480 mg, 2 kali sehari.

    Anak usia 6 bulan sampai 5 tahun: 240 mg, 2 kali sehari.

    Anak usia 6 minggu–5 bulan: 120 mg, 2 kali sehari.

    Tujuan Pengobatan: Menangani pneumocystis pneumonia.

    Dewasa dan Anak usia >12 tahun: Dosis hingga 120 mg/kg berat badan (BB), dibagi dalam 2–4 jadwal konsumsi. Durasi pengobatan adalah 14–21 hari.

    Tujuan Pengobatan: Mencegah pneumocystis pneumonia.

    Dewasa:

    • 960 mg, 1 kali sehari, selama 7 hari.
    • Alternatif pertama: 960 mg, 1 kali sehari, dikonsumsi 3 kali dalam seminggu.
    • Alternatif kedua: 960 mg, 2 kali sehari, dikonsumsi 3 kali dalam seminggu.

    Anak usia >12 tahun:

    • 960 mg, 2 kali sehari, selama 7 hari.
    • Alternatif pertama: 960 mg, 2 kali sehari, selama 3 hari berturut-turut.
    • Alternatif kedua: 1.920 mg, 1 kali sehari, selama 3 hari berturut-turut.

    Anak usia 6–12 tahun:

    • 480 mg, 2 kali sehari, selama 7 hari.
    • Alternatif pertama: 480 mg, 2 kali sehari, selama 3 hari berturut-turut atau selang-seling (1 hari minum obat diikuti dengan 1 hari tidak minum obat).
    • Alternatif kedua: 960 mg, 1 kali sehari, selama 3 hari berturut-turut.

    Anak usia 6 bulan sampai 5 tahun:

    • 240 mg, 2 kali sehari, selama 7 hari.
    • Alternatif pertama: 240 mg 2 kali sehari, selama 3 hari berturut-turut atau selang-seling (1 hari minum obat diikuti dengan 1 hari tidak minum obat).
    • Alternatif kedua: 480 mg, 1 kali sehari, selama 3 hari berturut-turut.

    Anak usia 6 minggu–5 bulan:

    • 120 mg, 2 kali sehari, selama 7 hari.
    • Alternatif pertama: 120 mg, selama 3 hari berturut-turut dalam seminggu atau selang-seling (1 hari minum obat diikuti dengan 1 hari tidak minum obat).
    • Alternatif kedua: 240 mg, 1 kali sehari, selama 3 hari berturut-turut.

    Aturan Pakai cotrimoxazole

    Minumlah cotrimoxazole sesuai dengan petunjuk dokter atau arahan yang tertera di kemasan. Dosis tidak boleh diubah tanpa konsultasi medis untuk menghindari risiko resistensi antibiotik. Disarankan untuk mengonsumsi obat ini setelah makan guna mengurangi risiko gangguan pencernaan. Pastikan untuk minum obat secara teratur pada waktu yang sama setiap hari dan mengkonsumsinya sesuai bentuk sediaan, baik itu tablet atau cairan suspensi.

    Efek Samping cotrimoxazole

    Cotrimoxazole dapat menimbulkan beberapa efek samping, yang walaupun jarang, tetapi perlu diperhatikan. Antara lain:

    • Muntah
    • Hilang nafsu makan
    • Rasa mengantuk

    Beberapa reaksi samping lain yang mungkin terjadi meliputi:

    • Diare
    • Nausea
    • Sakit perut
    • Sakit kepala

    Jika efek samping tersebut berlanjut atau menunjukkan reaksi yang lebih serius seperti ruam atau kesulitan bernapas, konsultasikan dengan dokter Anda.

    Peringatan dan Perhatian saat Pakai cotrimoxazole

    Sebelum menggunakan cotrimoxazole, penting untuk memberi tahu dokter jika Anda memiliki:

    • Alergi terhadap antibiotik serupa
    • Asma
    • Gangguan tiroid
    • Kelainan darah
    • Hiperkalemia
    • Masalah nutrisi atau malnutrisi
    • Penyakit ginjal
    • Kondisi hati yang kurang baik
    • Riwayat kejang

    Perhatian ekstra diperlukan bagi wanita hamil dan menyusui. Pemeriksaan penunjang bisa diminta oleh dokter untuk memantau respons tubuh terhadap penggunaan obat ini.

    Efek cotrimoxazole untuk Ibu Hamil dan Menyusui

    Informasikan kepada dokter Anda jika Anda sedang hamil, berencana untuk hamil, atau menyusui sebelum mengonsumsi obat ini. Terdapat risiko penggunaan cotrimoxazole selama kehamilan yang bisa meningkatkan insiden cacat lahir. Belum ada data lengkap mengenai pengaruh obat ini pada ibu menyusui, oleh karenanya diperlukan pertimbangan medis sebelum penggunaan.

    Interaksi cotrimoxazole dengan Obat Lain

    Interaksi antara cotrimoxazole dan obat lain dapat mempengaruhi efektivitas atau menimbulkan efek samping. Beritahu dokter Anda jika Anda mengonsumsi obat-obatan berikut ini:

    • Obat diabetes seperti glibenklamid atau repaglinid
    • Obat antiretroviral untuk HIV
    • Agen anti-epilepsi seperti fenitoin
    • Obat kemoterapi
    • Obat jantung seperti digoksin
    • Antikoagulan seperti warfarin
    • Obat antimalaria

    Selain itu, diskusikan dengan dokter jika Anda mengonsumsi obat herbal, obat tradisional, atau suplemen, untuk menghindari interaksi yang berpotensi merugikan.

    Mau konsultasi seputar obat dan kesehatan?

    Tanya Apoteker
    Catatan
    FAVO Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
    Kembali ke blog

    Produk Rekomendasi

    Tutup

    Ditinjau secara medis oleh apt. Diana Fatria, S. Farm

    Artikel terkait